Minggu, 30 Desember 2012

Metabolisme alkohol


                                               Metabolisme alkohol

Gejala dan tanda pada Jean Ann Tonich serta profil laboratoriumnya sesuai untuk adanya peradangan hepatoselular reversibel ringan akibat alkohol (hepatitis alkoholik) yang tinbul pada jaringan hati yang telah mengalami pembentukan jaringan parut ireversibel (dikanal sebagai sirosis hati alkoholik/Laennec). Ia diperingati agar segera menghentikan minum alkohol dan memperbaiki status gizinya. Selain itu Jean Ann dirujuk ke unit rehabilitasi obat dan alkohol untuk terapi psikologis yang diperlukan dan konsultasi sosial suportif. Dokter juga merencanakan kunjungan ulang setelah 2 minggu.
Penyakit hati alkoholik, suatu sukuele penyalahgunaan alkohol kronik yang sering terjadi dan kadang-kadang fatal, dapat bermanifestasi dalam tiga bantuk: perlemakanhati, hepatitis alkoholik, dan sirosis. Masing-masing dapat berdiri sendiri-sendiri atau ketiganya dapat muncul dalam berbagai kombinasi pada seorang pasien. Sirosis alkoholik dijumpai pada hampir 9% dari seluruh autopsi yang dilakukan di Amerika Serikat, dengan insiden puncak pada pasien berusia 40-55 tahun.
Alkohol mengalami oksidasi menjadi asetaldehida terutama oleh alkohol dehidrogenase sitosol (gambar, 38.34). Asetaldehida mengalami oksidasi menjadi asetat oleh asetaldehida dehidrogenase sitosol oleh mitokondria. Asetat sebagian besar berdifusi dari hati kedalam darah dan diserap oleh otot dan jaringan lain untuk dioksidasi dalam siklus ATK. Alkohol juga mengalami oksidasi menjadi asetaldehida oleh sistem pengoksidasi etanol mikrosom (microsomal ethanol oxidizing system, MEOS), yang merupakan bagian superfamili P-450. MEOS memiliki Km untuk etanol yang jauh lebih tinggi daripada alkohol dehidrogenase, dan pembentukan MEOS diinduksi oleh etanol dan oleh substrat untuk anggota lain daam famili sitokrom P-450. Dengan demikian, pada pasien yang mengkonsumsi etanol dosis tinggi jangka lama, MEOS mungkin melakukan oksidasi alkohol sampai 30%.
Sebagian besar kerusakan jaringan pada lakoholisme kronik diperkirakan disebabkan oleh asetaldehida, yang tertimbun didalam hati dan dibebaskan ke dalam darah setelah seseorang minum alkohol dlam jumlah besar. Asetaldehida sangat reaktif dan berikatan secara kovalen dengan gugus amino, nukleotida, dan gugus fosfolipid untuk membentuk adduct. Protein di jantung dan jaringan lain juga terpengaruh selain protein di hati.
Salah satu akibat dari pembentukan adduct-asetaldehida adalah menurunnya pembentukan protein yang membentuk partikel lipoprotein hati, dan berkurangnya sekresi protein yang dependen-tubulin. Sebagai akibat gangguan mekanisme sekretorik, terjadi penimbunan triasilgliserol dan protein di hati. Walaupun lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL), yang mengikat pembentukannya akibat inhibisi oksidasi asam lemak, meningkat di dalam darah, juga terjadi penimbunan protein  dan triasilgliserol dalam jumlah bermakna di hati. Penimbunan protein menyebabkan influks air ke dlaam hepatosit dan pembengkakkan hati ikut serta menimbulkan hipertensi porta dan kerusakan arsitektur hati.
Konsekwensi lain pembentukan adduct asetaldehida adalah peningkatan peroksidasi lemak dan percepatan kerusakan akibat radikal bebas. Asetaldehida berikatan langsung dengan glutation dan menurunkan kemampuan glutation melindungi tubuh terhadap H2O2 dan meningkatkan pembentukan radikal hidroksil. Induksi MEOS juga meningkatkan pembentukan radikal bebas.
Kerusakan akibat asetaldehida bersifat semakin menguat sendiri karena kerusakan protein dan lemak menghilangkan kemampuan mitokondria mengoksidasi NADH dan asetaldehida. Akibatnya, kadar asetaldehida menumpuk semakin tinggi. Rasio NADH/NAD+ yang tinggi pada alkoholisme kronik dapat menimbulkan asidosis laktat, ketoasidosis, dan hipoglikemia. Karena laktat dan badan keton mengganggu ekskresi asam urat melalui ginjal, juga dapat terjadi hiperurisemia.