Selasa, 01 Januari 2013

POTENSI SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus L) TERHADAP EKSPRESI TNF-α PADA SEL HATI MENCIT (Mus musculus) TERPAPAR MINUMAN KERAS TRADISIONAL MALUKU JENIS SOPI


 A.      JUDUL
POTENSI SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus L) TERHADAP EKSPRESI TNF-α PADA SEL HATI MENCIT (Mus musculus) TERPAPAR MINUMAN KERAS TRADISIONAL MALUKU JENIS SOPI

B.       LATAR BELAKANG MASALAH
Produksi minuman keras beralkohol di Indonesia saat ini selain di produksi oleh pabrik, dapat juga di produksi oleh masyarakat. Jenis minuman keras beralkohol tersebut, seperti: tuak di Sumatera Utara, brem di Bali, arak di Jawa Tengah, sopi di Maluku dan masih banyak jenis lainnya. Pembuatan sopi di Maluku adalah melalui penyulingan nira dari pohon Enau (Arenga pinnata). Bentuk alkohol yang terdapat dalam minuman keras adalah etanol.  Setelah diabsorpsi, etanol kemudian didistribusikan ke semua organ termasuk hati, jaringan dan cairan tubuh (Darmono, 2009). Alcohol merupakan unsur kimia dengan rumus bangun C2H5OH, yang akan diuraikan oleh enzim-enzim dalam hati menjadi air dan karbondioksida.
Hati merupakan tempat metabolisme etanol yang terbesar. Minum alcohol terlalu banyak dapat mengakibatkan kerusakan dan penyakit pada hati. Jika hati rusak, maka system penguraian tersebut tidak berjalan dan menyebabkan kadar alcohol dalam darah tetap tinggi dalam waktu lama. Perubahan yang terjadi pada hati menimbulkan beberapa kelainan. Lemak yang tertimbun dalam sel hati, mengganggu fungsi sel hati. Peradangan, menyebabkan kematian sejumlah sel hati serta terkumpulnya protein dan sel darah putih, bisa sangat parah sehingga diberi nama hepatitis alkoholik. Zat besi juga dapat tertimbun dalam sel hati.
Metabolisme etanol oleh enzim alkohol dehidrogenase (ADH), mengkonversi etanol menjadi asetaldehid. Beberapa asetaldehid yang dihasilkan berinteraksi dengan protein dalam sel, membentuk komponen yang disebut protein adduct formation, yang dapat mengaktifkan sistem immune sel untuk memproduksi bermacam-macam cytokine, salah satunya ialah tumor necrosis factor alpha (TNF-α),  (Neuman, 2004).
TNF-α dapat menginduksi signal kematian sel (cell death signaling) sebagai proses apoptosis sel. Mekanisme ini meliputi dua jalur, yaitu: jalur ekstrinsik (extrinsic pathway) dan jalur intrinsik (intrinsic pathway). Selain apoptosis sel, konsumsi alkohol secara berlebihan (kronis) juga dapat menyebabkan kerusakan hati, yang dikenal sebagai penyakit hati alkoholik (alcoholic liver disease) seperti pengumpulan lemak (fatty liver), steatohepatitis, pembentukan jaringan parut (sirosis), fibrosis, hepatocelullar carcinoma (Purohit dkk, 2009).
Kerusakan sel hati akibat konsumsi alkohol dapat diobati, dengan pendeteksian gejala sejak dini. Banyak pengobatan-pengobatan modern dengan biaya yang mahal dijadikan sebagai satu-satunya cara pengobatan oleh masyarakat. Akan, pengobatan secara tradisional pun bisa dijadikan sebagai pengobatan alternatif untuk penyakit ini tetapi. Salah satunya yaitu dengan mengkonsumsi sari buah merah (Pandanus conoideus L). Sari buah ini mengandung zat-zat alami yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan proses metabolisme. Diantaranya mengandung omega-9 dan omega-3 dalam dosis tinggi. Sebagai asam lemak tak jenuh, buah merah mudah dicerna dan diserap sehingga memperlancar proses metabolisme. Lancarnya proses metabolisme sangat membantu proses penyembuhan penyakit, sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (hepatitis alkoholik).
Berdasarkan penjelasan diatas, diduga sari buah merah dapat mengobati kerusakan sel hati akibat konsumsi alkohol. Hal ini masih harus dilakukan penelitian yang kompherensif agar hasilnya dapat diaplikasikan ke masyarakat luas.



C.      Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah bagi penulis yaitu:
Apakah sari buah merah berpotensi terhadap ekspresi TNF-α pada sel hati mencit (Mus musculus) yang terpapar minuman keras tradisional Maluku jenis sopi?

D.      TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
Mengetahui potensi sari buah merah terhadap ekspresi TNF-α pada sel hati mencit (Mus musculus) yang terpapar minuman keras tradisional Maluku jenis sopi?

E.       LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah artikel, paten.

F.       Kegunaan
Apabila terbukti secara ilmiah untuk uji khasiat sari buah merah dalam pengobatan kerusakan sel-sel hati akibat konsumsi alkohol, maka kemungkinan di waktu mendatang dapat dikembangkan sebagai salah satu pengobatan alternatif hepatitis alkoholik.

G.      Tinjauan Pustaka
G.1. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Buah Merah
(Pandanus conoideus L)
Menurut Budi (2004) pandan buah merah pertama kali dilaporkan oleh Rumphius pada tahun 1743, berdasarkan koleksi yang dibuatnya di Pulau Seram, Maluku dan diberi nama Pandanus ceramicus yang mempunyai bentuk kepala (cephalium) yaitu bulat (bundar) seperti buah melon, panjang buah sekitar 30 cm dan bulat lonjong menyerupai buah cempedak, buah merah jenis barugum berwarna merah (Gambar 1).

Minggu, 30 Desember 2012

Metabolisme alkohol


                                               Metabolisme alkohol

Gejala dan tanda pada Jean Ann Tonich serta profil laboratoriumnya sesuai untuk adanya peradangan hepatoselular reversibel ringan akibat alkohol (hepatitis alkoholik) yang tinbul pada jaringan hati yang telah mengalami pembentukan jaringan parut ireversibel (dikanal sebagai sirosis hati alkoholik/Laennec). Ia diperingati agar segera menghentikan minum alkohol dan memperbaiki status gizinya. Selain itu Jean Ann dirujuk ke unit rehabilitasi obat dan alkohol untuk terapi psikologis yang diperlukan dan konsultasi sosial suportif. Dokter juga merencanakan kunjungan ulang setelah 2 minggu.
Penyakit hati alkoholik, suatu sukuele penyalahgunaan alkohol kronik yang sering terjadi dan kadang-kadang fatal, dapat bermanifestasi dalam tiga bantuk: perlemakanhati, hepatitis alkoholik, dan sirosis. Masing-masing dapat berdiri sendiri-sendiri atau ketiganya dapat muncul dalam berbagai kombinasi pada seorang pasien. Sirosis alkoholik dijumpai pada hampir 9% dari seluruh autopsi yang dilakukan di Amerika Serikat, dengan insiden puncak pada pasien berusia 40-55 tahun.
Alkohol mengalami oksidasi menjadi asetaldehida terutama oleh alkohol dehidrogenase sitosol (gambar, 38.34). Asetaldehida mengalami oksidasi menjadi asetat oleh asetaldehida dehidrogenase sitosol oleh mitokondria. Asetat sebagian besar berdifusi dari hati kedalam darah dan diserap oleh otot dan jaringan lain untuk dioksidasi dalam siklus ATK. Alkohol juga mengalami oksidasi menjadi asetaldehida oleh sistem pengoksidasi etanol mikrosom (microsomal ethanol oxidizing system, MEOS), yang merupakan bagian superfamili P-450. MEOS memiliki Km untuk etanol yang jauh lebih tinggi daripada alkohol dehidrogenase, dan pembentukan MEOS diinduksi oleh etanol dan oleh substrat untuk anggota lain daam famili sitokrom P-450. Dengan demikian, pada pasien yang mengkonsumsi etanol dosis tinggi jangka lama, MEOS mungkin melakukan oksidasi alkohol sampai 30%.
Sebagian besar kerusakan jaringan pada lakoholisme kronik diperkirakan disebabkan oleh asetaldehida, yang tertimbun didalam hati dan dibebaskan ke dalam darah setelah seseorang minum alkohol dlam jumlah besar. Asetaldehida sangat reaktif dan berikatan secara kovalen dengan gugus amino, nukleotida, dan gugus fosfolipid untuk membentuk adduct. Protein di jantung dan jaringan lain juga terpengaruh selain protein di hati.
Salah satu akibat dari pembentukan adduct-asetaldehida adalah menurunnya pembentukan protein yang membentuk partikel lipoprotein hati, dan berkurangnya sekresi protein yang dependen-tubulin. Sebagai akibat gangguan mekanisme sekretorik, terjadi penimbunan triasilgliserol dan protein di hati. Walaupun lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL), yang mengikat pembentukannya akibat inhibisi oksidasi asam lemak, meningkat di dalam darah, juga terjadi penimbunan protein  dan triasilgliserol dalam jumlah bermakna di hati. Penimbunan protein menyebabkan influks air ke dlaam hepatosit dan pembengkakkan hati ikut serta menimbulkan hipertensi porta dan kerusakan arsitektur hati.
Konsekwensi lain pembentukan adduct asetaldehida adalah peningkatan peroksidasi lemak dan percepatan kerusakan akibat radikal bebas. Asetaldehida berikatan langsung dengan glutation dan menurunkan kemampuan glutation melindungi tubuh terhadap H2O2 dan meningkatkan pembentukan radikal hidroksil. Induksi MEOS juga meningkatkan pembentukan radikal bebas.
Kerusakan akibat asetaldehida bersifat semakin menguat sendiri karena kerusakan protein dan lemak menghilangkan kemampuan mitokondria mengoksidasi NADH dan asetaldehida. Akibatnya, kadar asetaldehida menumpuk semakin tinggi. Rasio NADH/NAD+ yang tinggi pada alkoholisme kronik dapat menimbulkan asidosis laktat, ketoasidosis, dan hipoglikemia. Karena laktat dan badan keton mengganggu ekskresi asam urat melalui ginjal, juga dapat terjadi hiperurisemia.